Selasa, 13 Maret 2012

Jagalah dirimu dan keluargamu dari Neraka

Kaum muslimin yang berbahagia. Alloh Subhaanahu wa Ta’aala, Robb yang Maha Penyayang berfirman dalam Al Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (QS. At Tahrim: 6)
Ali bin Abi Tholib Rodhiyallaahu ‘anhu menafsirkan ayat di atas: “didiklah mereka akan adab dan ajarkanlah mereka ilmu (yang dapat menyelamatkan mereka dari neraka).” (tafsir Ath Thobari).
Para pembaca, ini adalah perkara yang sangat besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh, khususnya bagi kaum lelaki pemimpin rumah tangga, yaitu menyelamatkan keluarganya dari neraka, Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ
“Kalian semua adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang kepala akan diminta pertanggungjawaban atas bawahannya, seorang kepala keluarga akan diminta pertanggungjawaban atas rumah tangganya.” (dari Ibnu Umar riwayat Imam Bukhori).
Tetapi, sebelum menyelamatkan keluarga kita dari neraka dengan mengajarkan ilmunya, tentu terlebih dahulu kita mempelajari ilmu tersebut.
Berikut beberapa ilmu yang harus didahulukan untuk diketahui diri kita sebelum kita ajarkan kepada keluarga kita, yang dengannya semoga dapat menyelamatkan kita dan keluarga kita dari neraka.
Yang pertama, mengilmui tentang tauhid, yaitu ilmu yang berkaitan khusus ke-esaan Alloh, yang karena inilah para nabi dan rasul diutus ke muka bumi. Mengilmui jenis-jenis tauhid, penyempurna tauhid dan juga pembatal-pembatal tauhid. Sebab, mentauhidkan Alloh, merupakan sebab diciptakannya manusia, Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah hanya kepada-Ku. (QS. Adzdzariyat: 56). Kata Ibnu Abbas: “yaitu agar mentauhidkan Alloh semata”.
Dan tauhid merupakan pondasi ilmu-ilmu selanjutnya yang diharapkan dapat menyelamatkan kita dari neraka, tatkala tauhid seseorang tercampuri dengan kesyirikan, maka gugur seluruh amalan seorang hamba, baik sholatnya, puasa, zakat, semua amalannya gugur dikarenakan perkara yang membatalkan tauhidnya, Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Al An’am:88).
Yang kedua, mengilmui bahwa kecintaan yang terbesar adalah hanya diarahkan kepada Alloh dan rasul-Nya. Hal ini karena Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ...
”Ada tiga perkara, yang jika ada pada diri seseorang ia akan merasakan manisnya iman: ia menjadikan Alloh dan Rasulnya yang tercinta lebih dari selain keduanya...”. (dari Anas bin Malik, muttafaqqun alaihi).
Dan pada hadits yang lain:
 لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah sempurna keimanan kalian hingga aku dijadikan yang tercinta baginya lebih dari orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya.” (dari Anas bin Malik, muttafaqqun alaihi).
Dan telah dimaklumi bahwa keimanan merupakan faktor terbesar agar selamat dari ancaman neraka, maka tempuhlah jalan agar keimanan itu benar.
Yang ketiga, mengilmui akan Al Qur’an, karena Alloh Subhaanahu wa Ta’aala melalui lisan nabi-Nya, menjadikan ukuran manusia yang terbaik dengan ilmunya akan Al Qur’an, dalam sabdanya:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ   
”Yang terbaik di antara kalian adalah yang  mempelajari Al Quran dan mengajarkannya”. (dari Utsman bin Affan, riwayat Bukhori).
Maka mari kita mempelajari Al Qur’an, dan dorong anak-anak kita terhadapnya, sebab kebaikan ini dapat menyelamatkan kita dari neraka. Dan jangan biarkan anak-anak kita  hanya sibuk dengan buku-buku sekolah dan tidak mampu membaca aksara Al Quran, padahal mereka anak-anak kaum muslimin, ajarkan pada mereka Al Qur’an. Jika kita tidak mampu, biarkan mereka belajar di tempat-tempat yang mengajarkan Al Qur’an.
Yang ke-empat, mengilmui akan Sunnah Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam, sebagai nabi terbaik penutup para nabi dan rasul, yang membawa cahaya di kegelapan kebodohan manusia.
Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
”Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorangpun dari umat ini baik yahudi atau nashrani, mendengar ajaranku kemudian tidak beriman akannya dan ia mati, maka pasti ia termasuk penghuni neraka.” (dari Abu Huroiroh riwayat Muslim).
Maka harus bagi kita semua mempelajari apa dan bagaimana sebenarnya ajaran Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam itu, bukan ajaran selainnya, yang murni dari buatan orang-orang yang merusak ajaran Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam. Sebab tidak akan benar keimanan kita jika hanya sebatas pengakuan di lisan tanpa beramal akan konsekuensinya, betapa banyak orang yang mengaku beriman dan mengikuti Rasululloh namun ternyata bertentangan dengan ajaran beliau.
Yang berikutnya, mengilmui akan sholat, perintah Alloh dan ajaran Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam yang agung, yang dengannya juga bisa menjadi tolok ukur kebaikan amalan lainnya kelak di hari perhitungan. Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح له سائر عمله و إن فسدت فسد سائر عمله
”Pertama kali yang akan dihisab dari seorang hamba kelak di hari kiamat, adalah sholatnya, jika baik maka akan baik seluruh amalannya, dan jika rusak maka akan rusak amalan yang lainnya”. (dari Anas bin Malik, riwayat Ath Thobroni, dan dishohihkan oleh Al Albany).
Betapa banyak kaum muslimin dari kalangan kepala keluarganya (apalagi anak-anaknya) lalai akan hal ini, ada yang menyepelekannya, lihat tatkala adzan berkumandang di masjid, betapa berat kaki mereka untuk melangkah ke masjid, bahkan lebih parah karena terbiasa mengundur-undur sholat, akhirnya meninggalkan sholat, kalah dengan hiruk pikuk dunianya.
Perhatikanlah Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”.  (QS. Thoha: 132).
Perintah untuk kita memperhatikan keluarga kita akan sholatnya, dan Alloh memerintahkan kita untuk bersabar atasnya, menunjukkan bahwa hal ini memang berat.
Yang terakhir, dari pembahasan kita akan beberapa perkara yang selayaknya kita dahulukan untuk kita ilmui dan amalkan agar selamat dari ancaman kengerian neraka: mengilmui dan mengajarkan keluarga kita untuk berakhlak yang mulia, akhlak Islami. Menghiasi diri dengan akhlak yang diajarkan Rasululloh, sebab akhlak yang mulia merupakan sebab beratnya timbangan kebaikan kita kelak di waktu perhitungan amalan, Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak ada yang lebih berat di timbangan kebaikan selain akhlak yang mulia”. (Dari Abu Darda’ riwayat Abu Dawud).
Dan juga sangat jelas, beratnya timbangan kebaikan dari seorang hamba kelak merupakan sebab selamat dari neraka. Berakhlak yang mulia, akhlak islami, yaitu berakhlak dengan akhlak Rasululloh Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.(dari Abu Hurairoh riwayat Imam Ahmad).
Dan ‘Aisyah tatkala ditanya bagaimana akhlak Rasululloh, beliau menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak beliau adalah Al Qur’an”. (riwayat Imam Ahmad).
Dan Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. (QS. Al Ahzab:21).
Dan Ia-pun memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang mencintai-Nya dengan tulus:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (yaitu Rasululloh), niscaya Allah akan mencintai kalian”.(QS. Ali Imron:31).
Dan sungguh memilukan akhlak kebanyakan kaum muslimin sekarang ini, khususnya kalangan pemuda-pemudinya, sangat sedikit yang mencerminkan cahaya Islam pada dirinya. Kebanyakannya membebek kepada moral, cara berpakaian, gaya hidup, dan pergaulan yang rusak dan keji dari kaum kuffar negeri eropa dan selainnya. Inilah di antara akibat negatif yang sangat nampak dari layar televisi, tanpa disadari. Hanya kepada Alloh kita mengadu.
Semoga Alloh Subhaanahu wa Ta’aala senantiasa memberi taufik-Nya kepada kita semua kaum muslimin untuk berada di atas ketaatan kepada-Nya, serta senantiasa berada di jalan petunjuk nabi-Nya. Dan semoga Alloh memudahkan kita semua untuk mengilmui dan mengamalkan segala perkara yang dapat mengantarkan kita ke surga-Nya dan jauh dari neraka-Nya. Amin.

Kilauan Hikmah

مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, yang ia tusukkan dengan tangannya ke perutnya, maka ia di neraka jahannam kekal selama-lamanya” . (Dari Abu Huroiroh, riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim)
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عَذَّبَهُ اللَّهُ بِمَا قَتَلَ بِهِ نَفْسَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Dan barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu apapun, kelak Alloh akan adzab ia dengan alat itu pada hari kiamat” . (Dari Tsabit bin Dhohhak, riwayat Imam Tirmidzy)
Alangkah hinanya aksi bom bunuh diri dalam Islam, berdasarkan sabda Nabi Muhammad sholallohu’alihi wasallam di atas.

Sumber: Buletin Islam AL MUSLIM Edisi No. 6/V/I/1432

Tidak ada komentar:

Posting Komentar